Nama Peter Yan ramai di
perbincangan di media sosial. Pria yang sehari-hari berprofesi juga
sebagai sopir taksi ini memanglah mempunyai pengalaman hidup yang layak
untuk jadikan pelajaran. Di usianya yang telah mencapai umur 58 th. ini,
Peter Yan yang lulusan S2 tehnik Sipil di Jerman, saat ini dengan
ikhlas melakukan profesinya juga sebagai seseorang sopir taksi.
Berawal dari postingan di Facebook
Tulisan itu lalu jadi viral serta jadi perbincangan di media sosial.
Media-media mainstream juga tidak ketinggalan memberitakan sosok Peter
Yan yang mengagetkan ini.
10 Tahun tinggal di Jerman, Peter Yan pulang ke Indonesia kerjakan banyak proyek pembangunan.
Lulus SMA, pria asal NTT ini mengambil
keputusan kuliah di Jerman. Tidak ada bayangan apa yang bakal
dikerjakannya. Baginya, waktu itu lulus serta di terima kuliah diluar
negeri yaitu suatu hal yang membanggakan. Sepanjang sepuluh th., Peter
Yan tinggal di Jerman untuk kuliah. Menurut dia, saat itu kuliahnya
gratis, tetapi dia mesti bekerja untuk penuhi kehidupannya sepanjang di
Jerman. Dia juga menikah dengan gadis Indonesia yang juga berkuliah di
Jerman serta sudah dikaruniai anak.
Sesudah lulus kuliah, Peter Yan juga
kembali ke Indonesia untuk mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
ditimbanya sepanjang sepuluh th. di Jerman. Dia mengawali dengan
mempraktikkan pengetahuan yang diperolehnya di Jerman, yaitu bikin
design tata kota. Th. 1991, Peter serta ke-2 rekannya telah bikin design
busway seperti yang dipakai sekarang ini. Tetapi sayang, Pemprov DKI
Jakarta saat itu belum tertarik untuk memakai design yang didapatkan
Peter. Ia juga mengakui pernah bikin design sebagian jalan layang di
Jakarta. Peter juga ikut bikin design untuk pembangunan beberapa ribu
rumah pasca gempa Aceh pada th. 2004 silam.
Kisahnya di angkat ke Televisi.
Cerita perjalanan Peter Yan yang
inspiratif ini bikin beberapa media penasaran dengan sosoknya. Bahkan
juga, Peter Yan beberapa waktu terakhir mulai mucul di tv. Presenter
yang mewawancarainya juga di buat mengagumi akan dengan kerendahan hati
serta keikhlasan diri Peter Yan. Seperti yang disibakkan Andini Effendi,
presenter tv ini tunjukkan kekagumannya pada Peter Yan lewat account
pribadi Path-nya. Andini ajukan pertanyaan pada Peter, apakah tak malu
jadi sopir taksi. Dengan santainya Peter Yan menjawab, bila dia malu dia
akan tidak dapat diwawancara di tv.
“Tuhan itu baik, Mbak…” tutur Peter Yan di akhir jawabannya.
Di samping jadi sopir taksi, Peter Yan
juga masih tetap mengaplikasikan ilmunya dengan mengajar di salah satu
kampus swasta di Jakarta.
Sebagian bln. ini, keadaan Peter Yan
memanglah tengah susah. Usaha yang ditanganinya bagkrut serta dia
kesusahan mencari pekerjaan. Makannya dia juga berpindah profesi jadi
sopir taksi. Walau sekian, Peter Yan masih tetap dapat menyalurkan
ilmunya. Dia juga jadi dosen di salah satu kampus swasta di Jakarta,
walau itu hanya dikira juga sebagai pekerjaan paruh waktunya.
Pekerjaannya intinya terus juga sebagai sopir taksi.
Sesungguhnya walau jadi seseorang sopir
taksi, Peter Yan terus dapat mengamalkan ilmunya. Kesehariannya juga
sebagai sopir taksi ini bikin dia tahu daerah mana saja yang macet pada
pukul spesifik. Peter Yan juga sudah mempunyai jalan keluar untuk
menangani beberapa daerah macet yang nyaris sehari-hari dilaluinya itu.
Cerita Peter Yan ini mengajarkan pada
kita bahwa hidup tidak selama-lamanya jalan mulus. Terkadang memperoleh
banyak kesenangan, tidak tidak sering memperoleh cobaan. Peter Yan
mengajarkan untuk terima semua yang didapatkan dengan ikhlas serta terus
menjalaninya dengan penuh semangat dan sukur. Tidak butuh malu dengan
apa yang ditangani, sepanjang itu baik, pasti nantinya bakal berbuah
baik.
ConversionConversion EmoticonEmoticon